Rabu, 06 Mei 2009

ANTASARI, STANDAR MORALITAS, DAN "IKON YANG BERNAMA PEREMPUAN"

ANTASARI, STANDAR MORALITAS,
DAN “IKON YANG BERNAMA PEREMPUAN”

Oleh: Em. Ahmad Zuhri


“Persoalan di antara kita sebaiknya diselesaikan dengan baik-baik. Jika perlu aku meminta maaf. Jangan di-blow up. Jika di-blow up, risikonya kamu akan tahu sendiri nanti”

Kalimat sederhana di atas adalah SMS bernada ancaman Antasari Azhar yang ditujukan kepada Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen. Tanpa diduga SMS itu yang mengantarkan Antasari ke jurang keterpurukkan karena dituduh sebagai otak pembunuhan Nasrudin Zulkarnaen, teman dekatnya sendiri.

Saat ini siapa yang tak kenal Antasari Azhar?. Kasus Tommy Soeharto telah melambungkan nama Antasari Azhar, ketika menjabat Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan. Tak heran, kalau setiap kali ia berada di tempat umum, orang-orang langsung menatapnya sambil berbisik-bisik. Selanjutnya setelah namanya direkomendasikan sebagai calon ketua KPK, akhirnya ia terpilih sebagai ketua KPK Melalui pemungutan suara oleh Komisi III DPR yang dilangsungkan pada Rabu malam, 5 Desember 2007. Antasari menyisihkan empat rivalnya yaitu Chandra M. Hamzah, Bibit Samad Rianto, Haryono, dan Mochammad Jasin.

Di bawah kepemimpinan jaksa karir ini, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) semakin menunjukkan kemampuan dan keteguhan independensinya memberantas korupsi. Sebagai Ketua KPK, Antasari Azhar, kelahiran Pangkal Pinang, Bangka 18 Maret 1953, menunjukkan kepemimpinan yang menempatkan KPK pada posisi seharusnya sebagai lembaga yang independen, bebas dari campur tangan pemerintah dan lembaga lainnya.

Dan Semenjak menjabat Ketua KPK, sepak terjangnya membuat banyak orang berdecak kagum. Terakhir, lembaga yang dipimpinnya itu membuat besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Aulia Pohan, harus menghuni pengapnya jeruji besi penjara karena tersangkut kasus aliran dana Bank Indonesia (BI) ke DPR. Namun, kini publik terperangah saat nama mantan pejabat Kejakgung itu dikaitkan dengan kasus terbunuhnya Direktur PT PRB Nasrudin Zulkarnaen. Bahkan, pria berkaca mata dengan kumis tebal itu diduga kuat sebagai otak tewasnya Nasrudin.
Adalah permasalahan asmara segitiga yang diduga membuat Antasari-Nasrudin yang merupakan teman dekat itu akhirnya berseteru hingga berujung tewasnya Nasrudin. Skandalnya dengan seorang perempuan yang bernama Rani Juliani yang kini membuat Antasari Azhar terjungkal. Karena khawatir skandal asmaranya dengan seorang caddy golf yang tak lain merupakan istri ke tiga Nasrudin itu, terkuak. Lalu teman-temannya itu berbuat terlalu jauh dengan menghabisi Nasrudin atas suruhan Antasari.

STANDAR MORALITAS
Apapun status hukum (dan hukuman) yang kelak akan disandang Antasari, ini merupakan peringatan sekaligus pukulan telak bagi pejabat, penyelenggara negara, anggota dewan, maupun siapa saja yang menjadi figure public. Ke depan standar moralitas pemimpin bangsa (baca: pejabat) harus menyentuh kepada semua ranah moralitas. Dalam hal ini anggota KPK tidak melulu memiliki catatan harian maupun rapot “kejujuran” yang tinggi, tapi juga harus bersih dari virus yang beraroma maupun indikasi “perselingkuhan”. Sebab terkadang seseorang mampu melewati jurang-jurang kecurangan seperti KKN, suap, otoriter, culas, tapi kehilangan kendali saat bersentuhan dengan “ikon yang bernama perempuan”.

Dalam hal ini sebaiknya parpol juga mengutamakan moralitas, selain bebas KKN di dalam proses perekrutan calon legislatif (caleg). Partai politik seharusnya berani membuka diri dari kritikan masyarakat terhadap calon yang akan dipilih pada pemilu yang akan datang. Masyarakat juga jangan takut memberikan masukan kepada calon-calonnya yang memang diduga melakukan perbuatan amoral.

Anggota DPR juga sebaiknya mempunyai budaya malu yang tinggi sebelum menerima tugas dan tanggung jawab sebagai wakil rakyat. Negara yang menganut sistem liberalisme seperti Amerika Serikat saja sangat permisif sekali terhadap masalah skandal seks dan skandal perempuan. Jika ada pejabat yang terlibat urusan seperti ini, maka pejabat itu akan mengundurkan diri secara legowo tanpa harus menunggu untuk dipecat. Mungkin ini salah satu upaya agar rakyat bisa kembali memberikan apresiasi positif kepada lembaga yang menampung aspirasi rakyat. Dan hal ini demi menciptakan lembaga yang namanya DPR bisa lebih berwibawa dan terhormat.
Belum hilang dari ingatan public kasus memalukan yang menimpa para pejabat. Terhitung dari akhir tahun 2006 setidaknya ada tiga pejabat yang tersandung kasus “permainan asmara”. Pada akhir 2006 video mesum berdurasi 42 menit anggota DPR dari Partai Golkar, Yahya Zaini dengan pedangdut Maria Eva tercium public. Setelah menjadi bulan-bulanan pers, akhirnya Yahya Zaini menyatakan pengunduran dirinya dari anggota DPR. Pada 9 September 2008 politisi dari PDI Perjuangan, Max Moein resmi diberhentikan setelah kasus perselingkuhannya dengan mantan sekretaris pribadinya, Desi Vidyawati terendus oleh Badan Kehormatan DPR. Berikutnya kisah politikus “main mata” dengan bukan istrinya dialamai oleh Al Amin Nur Nasution. Politisi PPP kelahiran Jambi 28 Maret 1972 ini tertangkap komisi pimpinan Antasari Azhar di hotel Ritz Carlton pada Rabu 9 April 2008. Saat penangkapannya, suami biduan dangdut Kristina ini sedang bersama seorang perempuan.

Memang, skandal perempuan (perselingkuhan) tampaknya tidak hanya “santapan manis” di republic ini. Saat ini sedang ramai isu skandal Perdana Menteri Italia Silvio Berlusconi yang dituduh selingkuh dengan gadis ABG, Noemie Letizia 18 tahun. Di Malaysia juga sejak tahun 1998 tercatat kasus skandal seks yang menerpa para pejabat. Akhir tahun 1989 mantan wakil ketua partai Dewan Rakyat terpaksa mengundurkan diri akibat kontroversi rekaman video seks. Tahun 1998 Wakil Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim dituduh melakukan sodomi dan merayu istri pengusaha. Pada Mei 1991 istri S. Assamaley seorang pejabat partai DAP Malaysia bunuh diri dengan cara menceburkan diri di laut setelah mendengar suaminya berselingkuh dengan perempuan. Dan di Jepang gara-gara skandal perempuan simpanan, penasihat Perdana Menteri Jepang mengundurkan diri dari jabatannya. Masaaki Honma dipilih langsung oleh Perdana Menteri (PM) Shinzo Abe sebagai kepala Dewan Kebijakan Ekonomi dan Fiskal. Namun petinggi negeri Sakura itu menuai kecaman keras karena tinggal bersama selingkuhannya di kediaman milik Negara.

Amerika juga turut melengkapi cerita memalukan ini. Bill Clinton boleh saja lolos pemakzulan, dan dianggap berprestasi. Tapi skandal seksnya dengan Monica Lewinsky tetaplah sebuah kesalahan. Dan jika membaca sejarah, Kisah ranjang biru Kennedy. Empat puluh tahun sudah jasadnya terpendam di Makam Nasional Arlington. Tapi, masih ada saja sisi gelap kehidupan pribadi John F. Kennedy (JFK) yang terungkap. Ibarat membangkit batang yang lama terendam, seorang perempuan gaek bernama Marion Fahnestock, 60 tahun, mengungkit cerita lama kisah-kasih dirinya dengan presiden ke-35 Amerika Serikat itu, awal pecan silam. Sesungguhnya, Marion alias ''Mimi Beardsley'' masih menutup rapat rahasia itu. Tapi, ia harus buka mulut kepada pers karena, toh, cerita asyik-masyuknya terkuak dalam buku mutakhir tentang sang presiden, “An Unfinished Life: John F. Kennedy, 1917-1963.”

“Ikon yang Bernama Perempuan”.
Ikon yang bernama perempuan tampaknya merupakan sosok makhluk yang memiliki daya pikat paling sempurna. Melalui kecantikanny, kelembutan, dan kehalusan tersimpan kekuatan ampuh untuk meluluhkan laki-laki. Sementara dari kelemahannya terselinap suatu kekuatan untuk mengobarkan peperangan (Imas Kurniasih: Januari 2008).

Jika kita membuka lembar sejarah masa silam, akan tergores di sana sebuah sisi unik dari “kelebihan” yang berupa “kelemahan” dari seorang perempuan. Kodratnya yang eksotis sekaligus erotis mampu mengubah dunia dan mampu memicu peperangan. Sebut saja Cleopatra (lahir Januari 69 SM). Dengan kecantikannya ia mampu memikat Juliaus Caesar dan Marcus Antonius (keduanya dari romawi) dan akhirnya menguasai Romawi dan Mesir. Helena, seorang permaesuri raja melengkapi cerita mitos Yunani karena memicu peperangan antara kerajaan Troya dan Sparta yang berniat akan berdamai dan hidup berdampingan.

Dalam kisah pewayangan, kecantikan Dewi Sinta telah memicu peperangan yang amat panjang antara Rahwana dan Sri Rama suaminya. Dan dalam kisah klasik nuasantara, Dyah Pitaloka Ratna Citraresmi, putrid cantik jelita kerajaan Sunda-Galuh (Ciamis) menjadi penyebab peperangan.. Konsistensi Gadjah Mada terhadap Sumpah Palapa dan rasa cintanya Hayam Wuruk terhadap Dyah Pitaloka menjadi sumber petaka dan penyebab pecahnya perang bubat antara Pajajaran dan Majapahit. Dan bahkan celakanya akbiat peristiwa bubat ini, di kalangan kerabat negeri sunda diberlakukan peraturan esti larangan ti kaluaran yang artinya tidak boleh menikah dengan orang dari luar kerabat sunda. Atau sebagian lagi tidak boleh menikah dengan pihak timur negeri sunda (Majapahit). Akibat “kecelakaan sejarah” ini pula, hingga sekarang masih dikenang oleh masyarakat Jawa Barat dalam bentuk penolakan nama Hayam Wuruk dan Gadjah Mada bagi pemberian nama jalan di wilayah ini.

Dalam sejarah nasional kita juga mendengar nama besar Cut Nyak Dhien. Istri Teuku Umar ini mampu mengobarkan semangat rakyat Nangroe (setingkat kabupaten) hingga meluas ke seluruh Aceh (kemudian sekarang menjadi Nangroe Aceh Darussalam) dalam melawan tentara Belanda. Perempuan yang satu ini luar biasa. Meskipun berasal dari kaum bangsawan, kaya raya dan dihormati, namun ia tidak betah duduk diam di rumah. Meskipun wajahnya lembut keibuan tapi sorot matanya tajam menandakan kecerdasan dan kepribadian yang kuat. Sosok perempuan ini nyaris sempurna untuk dijadikan istri dan juga ibu rumah tangga. Tapi hatinya tidak terima ketika negerinya diambil oleh penjajah.

Di abad modern kita juga mengenal sosok Margarety Thatcher (lahir 13 Oktober 1925). Dengan kecerdasannya ia mampu bertahan sebagai Perdana menetri Inggris hingga tiga masa jabatan berturut-turut. Dan sebagai muslim kita juga bisa menengok tarikh islam tentang Aisyah binti Abu Bakar. Si jelita istri nabi Muhammad yang kemerah-merahan pipinya (khumaerah) ini mampu menciptakan peperangan (dikenal dengan perang jamal melawan Ali bin Abi Thalib, keponakan nabi Muhammad SAW). Dan peperangan ini berawal dari kecantikannya sehingga muncul fitnah yang dikenal dengan sebutan hadisul ifki (berita bohong). Beliau dituduh berselingkuh dengan Shafwan bin Muathal. Fitnah yang bersumber dari pendeta yahudi, Abdullah bin Saba’ ini hingga mengakibatkan Aisyah jatuh sakit. Wallahu A’alam



Penulis adalah Alumni Pon Pes Lirboyo Kediri.
Ketua Dewan Kebijakan Asjap Institut.
Dan bekerja di SMA N 1 Waled.

1 komentar:

  1. Perempuan bisa sebagai pemicu perang atau bahkan langsung sebagai pemenang perang. akan tetapi ketika ditelaah berdasarkan objek mainstrem prmpuan belum menemukan solusi sebagai titik pusat dari sentiment primordial sosial, politik, bahkan para penerjemah agama ( Ulama Jadi-jadian ).

    BalasHapus